Sejarah Desa
@ws 30 April 2014 17:20:39 WIB
Legenda Asal-usul Desa Semanu
Sekitar tahun 1479 M, wilayah Semanu dahulu dikenal sebagai sebuah kabuyutan (permukiman awal) yang dipimpin oleh tokoh bijak Ki Buyut Sentanu. Kehidupan warga saat itu sederhana, damai, saling membantu, dan rukun.
Suatu hari, datanglah rombongan 40 prajurit bekas Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh tiga tokoh: Ki Setro Wijoyo, Ki Joyo Negoro, dan Ki Kidang Kencono. Mereka bermaksud menetap dan membabat hutan.Atas izin Ki Buyut Sentanu, mereka membangun tenda di bawah pohon asem besar dan mendirikan tempat penyimpanan senjata dan logistik di sebelah timur. Tempat itu kelak menjadi Padukuhan Ngebrak.Ki Setro Wijoyo membagi pasukan menjadi tiga kelompok dan membabat hutan ke arah selatan. Lahan yang terbakar kemudian dihuni dan berkembang menjadi permukiman.
Rombongan Ki Joyo Negoro membabat ke arah timur. Namun, pembabatan terhenti akibat perselisihan antara Ki Branjang Kawat dan Ki Recodono mengenai kepemilikan tombak pusaka Kyai Tunggul Wulung. Keduanya tewas dan daerah tersebut kemudian dinamakan Padukuhan Tunggul.
Kabuyutan terus berkembang hingga akhirnya Ki Setro Wijoyo menggantikan Ki Buyut Sentanu sebagai pemimpin. Ia wafat pada usia 107 tahun dan dimakamkan di bawah pohon walikukun yang kemudian dikeramatkan. Saat pembangunan jalan, pohon ditebang dan arwah beliau dipercaya berpindah ke pohon beringin di pojok barat laut Balai Dusun Semanu Tengah.
Dalam masa Kasultanan Yogyakarta, Kabuyutan Semanu menjadi Kalurahan Semanu yang mencakup Padukuhan Semanu Utara, Tengah, Selatan, Tambakrejo, dan Clorot. Lurah terakhir adalah Kyai Poncowiryo, yang menurunkan garis keturunan sampai Sestantono Rukminto, Dukuh Semanu Tengah saat ini.
Raden Panji Hardjodipuro
Pada masa awal berdirinya Kabupaten Gunungkidul, terdapat seorang tokoh terkenal yang dipercaya memegang tampuk pemerintahan menggantikan Raden Tumenggung Pancadirdja, Bupati Gunungkidul pertama yang saat itu sedang mengalami gangguan penglihatan (buta). Beliau adalah pejabat di Kawedanan Semanu, yang pada waktu itu merupakan wilayah tua di daerah Kabupaten Gunungkidul.
Wilayah Kabupaten Gunungkidul pada masa itu membentang dari Bunder hingga Tambakromo, meliputi daerah seperti Beji, Bunder, Playen, Piyaman, Seneng, dan Semanu. Ketika Bupati pertama tidak dapat menjalankan tugas karena buta, maka ditunjuklah Raden Panji Hardjodipuro dari Kawedanan Semanu untuk menjalankan pemerintahan.
Selama menjabat sebagai pejabat pemerintahan Kabupaten Gunungkidul, Raden Panji Hardjodipuro membangun jalan dan jembatan dari pusat pemerintahan Kabupaten di Wonosari yang menghubungkan wilayah Kapanewon Semanu, Ponjong, dan Rongkop. Jembatan yang dibangun inilah yang kemudian dikenal sebagai Jembatan Jirak.
Raden Panji Hardjodipuro adalah tokoh terkenal dari Semanu. Beliau memiliki tiga anak: satu laki-laki dan dua perempuan. Putra beliau dikenal sebagai Eyang Gus Perut atau Raden Harjo Sumono, atau juga disebut Ndara Dono. Anak laki-laki kedua wafat karena tenggelam di pesisir selatan dalam usia muda. Saat tenggelam, Ndara Dono mengenakan pakaian berwarna biru, sehingga sejak itu masyarakat Gunungkidul tidak diperkenankan memakai pakaian berwarna biru ketika berada di pantai selatan.
Kedua putri beliau menikah. Yang satu menikah dengan RM Surosaroyo Ronggo Penatus yang tinggal di Jurangjero, Kecamatan Ngawen. Yang lainnya menikah dengan R.Ng. Poncotaruno yang tinggal di Pracimantoro. Setelah wafat, kedua putri tersebut dimakamkan di wilayah Jemblongan, Pracimantoro, bersatu dengan makam ibunda mereka.
R.Ng. Poncotaruno memiliki keturunan bernama R. Karto Pranoto yang tinggal di Wonosari. R. Karto Pranoto memiliki anak bernama R. Samadiran Karto Udoyo yang tinggal di Semanu. R. Samadiran memiliki enam anak, dengan anak sulung RR. Dirjo Werdoyo tinggal di Wonosari. Anak kedua RR. Samilah Wardoyo Hartono tinggal di Semanu Kidul. Anak ketiga adalah Roro Sadiyah Projo Pranoto. Anak keempat RR. Kartodimejo tinggal di Semanu Kidul. Anak kelima Raden Harjo Wardoyo Subali tinggal di Semanu Kidul. Anak terakhir adalah Raden Sugriwo Sastro Puro, yang menjadi Lurah Semanu pertama setelah penggabungan Desa Semanu, Munggi, dan Nitikan.
Raden Panji Hardjo Dipuro wafat pada hari Kamis Kliwon tahun 1837 dan dimakamkan di Makam Gedhong Semanu Selatan. Semua keturunan beliau dimakamkan di Pemakaman Keluarga Kepanjen Semanu Selatan.Sugriwo Sastropuro tidak lama menjabat sebagai Lurah karena memilih pensiun untuk fokus menjadi guru. Sejak saat itu, keturunan Raden Panji Hardjo Dipuro tidak ada lagi yang menjabat sebagai pemimpin di Desa Semanu.
Sejarah Desa Semanu
Awal terbentuknya Desa Semanu berasal dari penggabungan tiga wilayah Kalurahan, yaitu: Kalurahan Semanu, Kalurahan Munggi, dan Kalurahan Nitikan, yang letaknya berdekatan sehingga akhirnya menjadi Kalurahan Semanu.
Berdasarkan sumber tertulis dan lisan, ketiga kalurahan yang digabung tersebut adalah:
1. Kalurahan Munggi
Terakhir dipimpin oleh Lurah Ki Noto Suwarno. Wilayahnya meliputi:
- Padukuhan Munggi
- Padukuhan Wareng
- Padukuhan Munggipasar
- Padukuhan Tunggul
- Padukuhan Ngebrak
- Padukuhan Sokokerep
2. Kalurahan Semanu
Terakhir dipimpin oleh Lurah Ki Ponco Wiro. Pusat pemerintahan berada di rumah Lurah, yang saat ini menjadi tempat tinggal keluarga Bapak Yus, Ibu Kingkin Sri Setyorini, dan Bapak Dukuh Semanu Tengah Sestantono Rukminto.
Wilayahnya meliputi:
- Padukuhan Semanu Lor
- Padukuhan Semanu Tengah
- Padukuhan Semanu Kidul
- Padukuhan Tambakrejo
- Padukuhan Clorot
3. Kalurahan Nitikan
Dipimpin oleh Lurah Mangun Sentono, dengan pusat pemerintahan di rumah Lurah di Ngringin (sekarang ditempati oleh keluarga). Wilayahnya terdiri dari:
- Padukuhan Nitikan Wetan
- Padukuhan Nitikan Kulon
- Padukuhan Pragak
- Padukuhan Bendorejo
- Padukuhan Sambirejo
- Padukuhan Ngringin
Pemilihan Lurah Tahun 1947
Pemilihan dilakukan di pendopo rumah Bapak Merto Iran (sekarang rumah Bapak H. Sudarminto). Calon lurah ada dua: Sastro Puro dan Busono. Pemilihan dilakukan secara angkat tangan oleh perwakilan tiap keluarga, satu orang. Pemenangnya adalah Sastro Puro.
1. Pemerintahan Lurah Sastro Puro (1947–1951)
Sastro Puro menjadi Lurah pertama Desa Semanu. Pusat pemerintahan masih di rumah Bapak Merto Iran, meski beliau tinggal di Padukuhan Semanu Kidul. Sekretaris Desa saat itu adalah Bapak Busono.
Pada masa ini terjadi masa sulit karena masih dalam suasana Perang Kemerdekaan Indonesia (1947), termasuk di Gunungkidul. Pusat pemerintahan Desa dan Kapanewon Semanu dibom oleh penjajah karena dianggap menjadi basis perjuangan.
Sastro Puro dikenal berdedikasi tinggi. Selama kepemimpinannya, berhasil menetapkan batas wilayah 19 Padukuhan. Ia mengundurkan diri karena lebih memilih menjadi guru. Sayangnya, tidak ada dokumen pribadi dan keluarga beliau yang ditemukan.
2. Pemerintahan Lurah Busono (1951–1966)
Meneruskan kepemimpinan Sastro Puro. Pusat pemerintahan berada di rumah Lurah di Padukuhan Nitikan Kulon.
3. Pemerintahan Lurah Cipto Sudiyo (1966–1989)
Pada tahun 1966 kondisi dianggap genting, maka pemerintah menunjuk sosok dari Kepolisian, yaitu Bapak Cipto Sudiyo. Pada masa ini berdiri Pendopo Balai Desa tahun 1973 sebagai kantor Lurah dan ruang perangkat desa, sehingga pelayanan masyarakat semakin baik.
4. Lurah Desa Pono (1989–2007)
Pemilihan tahun 1989 dengan 3 calon: Bapak Pono, Bapak Ilham Sastro Hartono, dan Bapak Supardi. Pemenangnya adalah Pono dengan masa jabatan 8 tahun.
Tahun 1995, Desa Semanu ditetapkan sebagai Desa Budaya oleh Gubernur DIY melalui SK 325/KPTS/1995.
Pemilihan berikutnya tahun 1997 dengan 3 calon: Muji Hartono, Pono, dan Wanto Harusno. Pono kembali terpilih dengan masa jabatan 10 tahun. Beliau menyelesaikan pembangunan Balai Desa dan Kantor Kepala Desa.
5. Kepala Desa Andang Yunanto (2007–2019)
Terpilih pertama kali pada Minggu Wage, 18 November 2007 dengan 4 calon: Andang Yunanto, Wijono AS, Wasidi S.Pd, dan Warsono. Masa jabatan 6 tahun.
Beliau mengembangkan program pembangunan dari daerah pinggiran melalui pemberdayaan masyarakat. Visi: mewujudkan Desa Semanu yang bersih, maju, dan kompetitif.
Tahun 2013, pemilihan ulang dilakukan dengan dua calon: Muji Hartono dan Andang Yunanto. Pemenangnya Andang Yunanto, melalui SK Bupati Gunungkidul No. 141/60/PG/KPTS/2013, menjabat hingga tahun 2019.
Selama masa ini, banyak prestasi dan pembangunan diraih dan dilakukan, antara lain:
- Renovasi Balai Desa
- Renovasi lapangan: Tri Wanasakti Semanu Selatan, Krida Tama Munggi, Sambirejo, dan Pragak
- Pembangunan jalan, rabat beton, drainase, talut
- Jaringan air bersih
- Kios Desa, infrastruktur pertanian
- Posyandu, pelatihan RT/RW, PKK, Linmas, Seni Budaya, Keagamaan
- Pelatihan SDM, pelatihan pupuk organik, tanaman obat (TOGA), Koperasi, PAUD
- Perpustakaan Desa di Semanu Tengah
- Desa Siaga, KB, kader kesehatan, Bina Keluarga
Prestasi:
- Tahun 2016: Juara 2 Lomba Desa Tingkat Kabupaten Gunungkidul
- Tahun 2017: Juara 1 Desa Budaya DIY dalam Gelar Potensi Desa Budaya
Pencarian
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Kemarin | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Pengunjung | ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
- INTENSIFIKASI PBB-P2 TAHUN 2025 OLEH BKAD KABUPATEN GUNUNGKIDUL
- BLT DD TAHAP 8 KALURAHAN SEMANU
- PADAT KARYA DI RTH SEMANU
- TURNAMEN BOLA VOLI JUMBO DI PADUKUHAN MUNGGI PASAR
- JAGABAYA SEMANU SERAHKAN AKTA KEMATIAN UNTUK WARGA NITIKAN BARAT MELALUI GPS
- PENARIKAN PBB TAHUN 2025 DI PADUKUHAN NGEBRAK TIMUR
- LURAH SEMANU SERAHKAN AKTA KEMATIAN MELAUI GPS UNTUK WARGA TUNGGUL BARAT